Rabu, 12 Januari 2011

Bimbingan Karier di SD

Bimbingan Karier di SD

Bimbingan karir adalah suatu upaya bantuan terhadap peserta didik agar dapat mengenal dan memahami dirinya, mengenal dunia kerjanya, mengembangkan masa depan sesuai dengan bentuk kehidupan yang diharapkannya, mampu menentukan dan mengambil keputusan secara tepat dan bertanggungjawab.

Dalam bidang bimbingan karier, pelayanan bimbingan dan konseling membantu siswa mengenali dan mulai mengarahkan diri untuk masa depan karier. Bimbingan karier di Sekolah merupakan kegiatan yang paling awal dan mendasar bagi pengembangan karier secara menyeluruh. Pemberian materi bimbingan karier untuk para siswa disesuaikan dengan jenjang pendidikan yang diikutinya. Bagi siswa SD pada umumnya, bimbingan karier dimaksudkan untuk:

  1. Mengembangkan sikap positif terhadap segala jenis pekerjaan. Dalam hal ini guru kelas harus berhati-hati. Guru kelas menunjukkan atau menampilkan prasangka ataupun kecenderungan tertentu terhadap jenis-jenis pekerjaan (misalnya, pekerjaan tertentu disikapi positif, sedang lainnya disikapi negatif).


     

  2. Membawa para siswa menyadari betapa luasnya dunia kerja yang ada, terentang dari pekerjaan yang dijabat orang tua sampai ke segala macam pekerjaan di masyarakat.


     

  3. Menjawab berbagai pertanyaan para siswa tentang pekerjaan. Dorongan ingin tahu anak-anak akan membawa mereka menanyakan segala sesuatu tentang pekerjaan. Dalam hal ini jawaban atau informasi yang tepat dan benar harus segera diberikan setiap waktu bertanya.


     

  4. Menekankan jasa dari masing-masing jenis pekerjaan, yaitu untuk kesejahteraan hidup rumah tangga dan masyarakat (tidak hanya mengemukakan besarnya gaji atau penghasilan yang diperoleh melalui pekerjaan itu). Perlunya bakat atau kemampuan/keterampilan khusus untuk jenis-jenis pekerjaan tertentu, terutama pekerjaan yang bermanfaat bagi pemberian bantuan kepada sesama manusia, hendaklah disampaikan.


     

Di samping itu, informasi pekerjaan untuk siswa kelas tinggi SD perlu diperluas dan diperkuat. Hal ini bertujuan agar mereka memahami bahwa:

  1. Pekerjaan ada di mana-mana, di tingkat desa, kecamatan, kabupaten, provinsi, negara, bahkan dunia. Pada tingkat perkembangan itu, siswa mulai membandingkan pekerjaan-pekerjaan yang ada di desa dan di kota, di daerahnya sendiri dan di daerah lain. Siswa dirangsang untuk mulai menyadari bahwa ada banyak macam cara yang dilakukan oleh manusia untuk mencari penghidupan dan memenuhi kebutuhan melalui berbagai jenis pekerjaan.
  2. Terdapat saling ketergantungan antara pekerjaan yang satu dengan yang lainnya. Pada diri siswa, perlu dikembangkan bahwa untuk terlaksananya suatu pekerjaan dengan baik, para pekerja saling terkait antara yang satu dengan yang lainnya. Oleh karenanya para pekerja itu harus saling membantu dan bekerja sama.


     

  3. Baik kemampuan khusus maupun ciri-ciri kepribadian tertentu diperlukan untuk mencapai keberhasilan bagi sebagian jenis pekerjaan.


     

  4. Untuk memilih suatu pekerjaan diperlukan informasi yang tepat (yaitu tentang hakikat pekerjaan itu sendiri, latihan yang diperlukan, kondisi kerja, dsb).


     

  5. Ada berbagai masalah yang mungkin dihadapi oleh orang-orang yang menginginkan pekerjaan tertentu (seperti peralatan mahal, biaya untuk program pendidikan dan pelatihan mahal dan waktunya lama, kondisi kerja kurang menyenangkan, dsb).


     

  6. Untuk memilih pekerjaan atau karier di masa depan perlu kehati-hatian dan pertimbangan yang matang.

Tahap perkembangan karir siswa sekolah dasar

Tahap perkembangan karir siswa sekolah dasar (0 – 11 tahun) adalah tahap fantasi. Pada tahap fantasi anak sering kali menyebutkan cita-cita mereka kelak kalau sudah besar, misalnya ingin menjadi dokter, ingin menjadi petani, pilot pesawat, guru, tentara, dll. Mereka juga senang bermain peran (misalnya bermain dokter-dokteran, bermain jadi guru, bermain jadi polisi, dll) sesuai dengan peran-peran yang mereka lihat di lingkungan mereka. Jabatan atau pekerjaan yang mereka inginkan atau perankan pada umumnya masih sangat dipengaruhi oleh lingkungan, misalnya dari TV, video, majalah, atau tontonan maupun tokoh-tokoh yang pernah melintas dalam kehidupan mereka. Maka tidak mengherankan jika pekerjaan ataupun jabatan yang mereka sebut masih jauh dari pertimbangan rasional maupun moral. Mereka memang asal sebut saja pekerjaan yang dirasa menarik saat itu. Dalam hal ini orang tua dan pendidik tidak perlu cemas atau pun gelisah jika suatu ketika anak ternyata menyebut atau menginginkan pekerjaan yang jauh dari harapan orang tua atau pun pendidik. Dalam tahap ini anak belum mampu memilih jenis pekerjaan/jabatan secara rasional dan obyektif, karena mereka belum mengetahui bakat, minat, dan potensi mereka yang sebenarnya. Mereka sekedar berfantasi saja secara bebas, yang sifatnya sama sekali tidak mengikat.


 


 

Program Bimbingan Karier di Sekolah Dasar

Pada tahun 1994 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, melalui Direktorat Pendidikan Dasar, telah menerbitkan buku Pedoman Bimbingan dan Penyuluhan Siswa di Sekolah Dasar dalam rangka pelaksanaan Kurikulum tahun 1994. Dalam buku pedoman itu disebutkan bahwa isi layanan bimbingan di Sekolah Dasar ada tiga, yaitu: (1) bimbingan pribadi-sosial, (2) bimbingan belajar, dan (3) bimbingan karier. Jadi jelaslah bahwa secara formal dan legal program bimbingan karier harus sudah diberikan sejak usia sekolah dasar. Hal ini sangat sesuai dengan teori perkembangan karier dari Ginzberg maupun Donald Super yang telah dibahas terdahulu.

Lebih jauh dijelaskan secara rinci pada buku Pedoman Bimbingan dan Penyuluhan tersebut mengenai isi bimbingan karier untuk kelas-kelas rendah (kelas 1,2, dan 3) maupun untuk kelas-kelas tinggi (kelas 4,5, dan 6) sebagai berikut:

Isi bimbingan karier untuk kelas-kelas rendah (dikutip dari Pedoman BP-SD, 1994, hal. 16-17)

  1. Mengenalkan perbedaan antar kawan sebaya;
  2. Menggambarkan perkembangan diri siswa;
  3. Menjelaskan bahwa bekerja itu penting bagi kehidupan sesuai dengan tuntutan lingkungan;
  4. Mengenalkan ketrampilan yang dimiliki siswa;
  5. Menjelaskan macam-macam pekerjaan yang ada di lingkungan sekolah;
  6. Menggambarkan kegiatan setelah tamat SD;
  7. Mengenalkan macam-macam pekerjaan yang dilakukan orang dewasa;
  8. Mengenalkan kegiatan-kegiatan yang menarik;
  9. Mengenalkan alasan orang memilih suatu pekerjaan, dan bahwa pilihan itu masih dapat berubah;
  10. Menjelaskan bahwa kehidupan masa depan dapat direncanakan sejak sekarang;
  11. Mengenalkan bahwa seseorang dapat memiliki banyak peran;
  12. Menjelaskan bahwa pekerjaan seseorang itu dipengaruhi oleh minat dan kecakapannya,


Isi bimbingan karier untuk kelas-kelas tinggi (dikutip dari Pedoman BP-SD, 1994, hal.19-20)

  1. Menjelaskan manfaat mencontoh orang-orang yang berhasil;
  2. Melatih siswa menggambarkan kehidupan di masa yang akan datang;
  3. Membimbing diskusi mengenai pekerjaan wanita dan pria;
  4. Menjelaskan jenis-jenis ketrampilan yang dikaitkan dengan pekerjaan tertentu;
  5. Melatih siswa membayangkan hal-hal yang akan dilakukan pada usia kira-kira 25 tahun kelak;
  6. Membimbing siswa tentang macam-macam gaya hidup dan pengaruhnya;
  7. Menjelaskan tentang pengaruh nilai yang dianut dalam pengambilan keputusan;
  8. Membimbing siswa untuk memperkirakan bahwa meneladan tokoh panutan dapat mempengaruhi karier;
  9. Melatih siswa merencanakan pekerjaan apa yang cocok pada masa dewasa;
  10. Membimbing siswa berdiskusi tentang pengaruh pekerjaan orang terhadap kehidupan anak;
  11. Melatih siswa melihat hubungan antara minat dan kemampuan;
  12. Mengenalkan bermacam-macam cara untuk menilai kemajuan prestasi;
  13. Mengenalkan macam-macam pekerjaan yang ada di lingkungan sekitar.

Pelaksanaan Bimbingan Karier di Sekolah

Setelah memahami materi bimbingan karier yang harus diberikan di SD, maka langkah selanjutnya adalah menentukan waktu, tempat, teknik, dan sistem penilaian Bimbingan Karier.
Mengenai waktu pelaksaan bimbingan karier dapat diintegrasikan dengan jam-jam pelajaran yang sudah ada, atau pun menyediakan jam khusus untuk keperluan bimbingan karier ini. Untuk tingkat SD kiranya lebih praktis jika bimbingan karier diintegrasikan dengan jam-jam pelajaran yang tersedia. Jika cara ini yang dipilih, maka semua guru kelas dan semua guru bidang studi sekaligus menjadi guru bimbingan karier. Dalam setiap pelajaran yang diberikan, guru dapat menyelipkan berbagai macam hal yang berkaitan dengan pekerjaan/jabatan/karier anak-anak di masa mendatang, disesuaikan dengan tahap perkembangan karier anak. Kalau ada tenaga khusus untuk Bimbingan Karier, maka penyediaan jam khusus akan sangat bermanfaat.

Tempat pelaksanaan bimbingan karier dapat di mana saja, misalnya di dalam kelas, di luar ruangan, atau di tempat kerja yang sesuai dengan topik yang yang dibahas. Penentuan tempat juga bergantung pada fasilitas yang dibutuhkan. Jika dibutuhkan gambar-gambar, film, atau video, barangkali lebih cocok menggunakan ruang audio visual kalau memang ada. Atau jika ingin memperkenalkan pekerjaan di sektor industri, maka pabrik menjadi tempat yang mungkin cocok.


Teknik pelaksanaan juga dapat bermacam-macam, secara kelompok atau secara individual, tergantung dari kebutuhan dan tujuan. Dapat jiga dengan cara alih tangan (referal), artinya minta bantuan orang lain yang ahli dalam bidangnya untuk memberikan bimbingan karier. Demikian juga metode dan peralatan yang dibutuhkan disesuaikan dengan topik pembicaraan dan tingkat perkembangan anak.

Sistem evaluasi untuk bimbingan karier dapat dilaksanakan dalam berbagai cara, misalnya: (1) mengevaluasi apakah pelaksanaan Bimbingan Karier sudah sesuai dengan yang direncanakan, (2) apakah tujuan tercapai, (3) apakah terjadi perubahan dalam diri siswa, dan lain-lain.


Pekerjaan merupakan salah satu aspek terpenting dalam kehidupan manusia, maka perlu direncanakan secara matang. Program Bimbingan Karier bertujuan untuk membantu anak dalam merencanakan karier di masa mendatang, agar karier yang dipilih sungguh sesuai dengan bakat, minat, dan nilai-nilai yang dijunjung tinggi. Jika orang memperoleh karier yang tepat, maka hidup orang akhirnya akan bahagia. Dan kebahagiaan adalah tujuan hidup semua orang. Oleh sebab itu bimbingan karier sejak usia dini merupakan bagian yang tak terpisahkan dari tugas pendidikan.

MANAJEMEN DAN PENDUKUNGSISTEM BIMBINGAN DI SEKOLAH DASAR

MANAJEMEN DAN PENDUKUNG

SISTEM BIMBINGAN DI SEKOLAH DASAR


 

1. Struktur Program Bimbingan di SD

Struktur program bimbingan perkembangan yang komprehensif antara lain:

  1. Layanan dasar bimbingan.
  2. Layanan responsif.
  3. Sistem perencanaan individual.
  4. Pendukung sistem.

a. Layanan Dasar Bimbingan

Tujuannya adalah membantu seluruh murid dalam mengembangkan ketrampilan dasar untuk kehidupan. Komponen ini merupakan landasan bagi program bimbingan perkembangan. Isi layanan dasar bimbingan adalah hal – hal umum yang perlu dikembangkan bagi seluruh murid melalui layanan bimbingan konseling dalam membantu murid mengembangkan ketrampilan hidup dan perilaku efektif.

Fungsi layanan ini lebih bersifat pengembangang karena merupakan upaya menyiapkan isi bimbingan secara sistematik bagi seluruh murid.

Contoh materi program bimbingan perkembangan di SD mencakup :

  1. Self – estem.
  2. Motivasi berprestasi.
  3. Ketrampilan pengambilan keputusan merumuskan tujuan dan membuat perencanaan.
  4. Ketrampilan pemecahan masalah.
  5. Keefektifan dalam hubungan antar pribadi.
  6. Ketrampilan berkomunikasi.
  7. Keefektifan dalam memahami lintas budaya.
  8. Perilaku yang bertanggung jawab.


 


 

b. Layanan Responsif

Tujuannya adalah mengintervasi masalah – masalah atau kepedulian pribadi siswa yang muncul segera dan dirasakan saat itu, berkenaan dengan masalah sosial – pribadi, karir / masalah pengembangan pendidikan.

Isi layanan ini adalah hal – hal yang menjadi kepedulian siswa dalam jangka pendek yang terjadi dan dirasakan saat ini yang perlu mendapat intervensi bimbingan konseling.

Topik yang menjadi prioritas di Texas pada tahun 1990-an :

  1. Kesuksesan akademik.
  2. Masalah bunuh diri pada kalangan remaja dan anak.
  3. Kenakalan anak.
  4. Masalah putus sekolah.
  5. Penyalahgunaan obat.
  6. Kehamilan pada usia sekolah.

Topik – topik lainnya yang relevan dengan masalah di sekolah seperti :

  1. Kehadiran.
  2. Sikap dan perilaku terhadap sekolah.
  3. Hubungan dengan teman sebaya.

Sedangkan topik – topik yang berkaitan dengan masalah pribadi adalah :

  1. Ketidakmampuan menentukan karir.
  2. Pilihan lanjutan sekolah.
  3. Masalah keluarga meliputi kematian dan perceraian.

Layanan responsif bersifat preventif dan remedial. Preventif dengan memberikan intervensi kepada siswa agar mampu menentukan pilihan pada situasi tertentu. Remedial dengan memberikan intervensi terhadap siswa yang tidak memiliki kemampuan memecahkan masalah.

Prioritas pemberian layanan hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan anak. Teknik pemberian layanan individual atau kelompok kecil misal konsultasi guru dan orang tua, membuat program rujukan untuk program pengawasan kemajuan siswa dan lain – lain. Bidang bimbingan yang kental berbobot layanan responsif meliputi bimbingan belajar, bimbingan sosial, dan konseling.


 

c. Sistem Perencanaan Individual

Tujuannya adalah merencanakan, memonitor, dan mengelola rencana pendidikan, karir dan pengembangan sosial oleh dirinya sendiri. Isi perencanaan individual adalah hal yang menjadi kebutuhan siswa untuk memahami perkembangan dirinya.

Melalui sistem perencanaan individual siswa dapat :

  1. Mempersiapkan pendidikan, karir dan tujuan sosial pribadi.
  2. Merumuskan rencana untuk mencapai tujuan jangka pendek, menengah, dan jangka panjang.
  3. Menganalisis kekuatan dan kelemahan dirinya.
  4. Mengukur tingkat pencapaian tujuan dirinya.
  5. Mengambil keputusan.

Guru hendaknya memberikan prioritas terhadap pemberian bantuan bagi siswa, dan mengimplementasikan perencanaan individual dengan fokus siswa, perencanaan pendidikan dan karir.

Konselor melakukan konsultasi dengan penasehat akademik, dan orang tua dalam memberikan informasi pendidikan dan karir serta prosedur dimana guru memberi rekomendasi penempatan.

d. Pendukung Sistem (System Support)

Layanan dan kegiatan manajemen yang tidak secara langsung bermanfaat bagi siswa mencakup :

  1. Konsultasi dengan guru – guru.
  2. Dukungan bagi program pendidikan orang tua dan masyarakat.
  3. Partisipasi dalam kegiatan sekolah.
  4. Implementasi dan program standarisasi instrument tes.
  5. Memberikan masukan terhadap pembuat keputusan dalam kurikulum pengajaran.

Materi program dalam manajemen antara lain

  1. Pengembangan dan manajemen program bimbingan.
  2. Pengembangan staf bimbingan.
  3. Pemanfaatan sumber daya masyarakat.

2. Pengembangan Program Bimbingan

Tugas pokok guru di SD dalam melaksanakan bimbingan adalah : menyususn program bimbingan, evaluasi pelaksanaan bimbingan analisis hasil pelaksanaan bimbingan dan tindak lanjut dalam program bimbingan terhadap peserta didik yang menjadi tanggung jawabnya (keputusan Menpan Nomor 93, 1995). Penyusunan program bimbingan konseling adalah membuat rencana pelayanan bimbingan konseling dalam bidang bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar dan bimbingan karier.

a. Pengumpulan Data Siswa

Salah satu tujuan dari keseluruhan program bimbingan di SD adalah identifikasi awal tentang identitas murid, kemampuan, keberbakatan dan keterbatasan murid, serta kondisi sosial ekonomi orang tua murid. Kegiatan pengumpulan data umumnya dilaksanakan pada setiap tahun ajaran baru.

b. Layanan Orientasi dan Pemberian Informasi

Layanan orientasi dan pemberian informasi pada awal memasuki sekolah merupakan kegiatan yang strategis. Dalam kegiatan ini murid diperkenalkan dengan guru – guru, kelas, tempat belajar, ruangan perpustakaan, ruang UKS, WC, dan fasilitas sekolah lainnya, tata tertib sekolah cara belajar dan cara bergaul. Mengingat anak SD masih kecil maka orang tua dilibatkan dalam kegiatan orientasi dan pemberian informasi, agar orang tua menjelaskan kembali kepada anaknya dengan gaya bahasa yang lebih bisa dipahami. Hal ini merupakan bentuk dari bimbingan kepada orang tua agar lebih memahami serta meningkatkan bantuannya terhadap perkembangan anaknya di sekolah.

c. Layanan Penempatan dan Penyaluran

Layanan penempatan dan penyaluran yang perlu dikembangkan di SD mencakup : layanan penempatan dan penyaluran bagi kelas 1, penempatan dan penyaluran dalam kegiatan ekstra kurikuler serta penempatan dalam kelas unggulan.

1.
Layanan penempatan dan penyaluran bagi kelas 1

Pengalaman prasekolah mempengaruhi kemampuan murid dalam belajar di sekolah. Kemampuan murid kelas 1 sangat beragam. Ada murid yang telah menguasai kemampuan dasar dalam membaca, menulis dan berhitung ada yang belum. Dalam peraturan TK belum boleh mengajarkan membaca, menulis, dan berhitung namun dalam kenyataan banyak anak TK yang telah mengenalnya, termasuk orang tua murid dirumah. Andai kata ketika masuk kelas satu diadakan seleksi sederhana dalam kemampuan mambaca, menulis dan berhitung, maka hasil seleksi ini berguna untuk keperluan penempatan, bukan untuk menerima atau menolak calon murid. Hasil seleksi dapat dimanfaatkan untuk pengelompokan dalam kelas berdasarkan kemampuan, ada kelas unggul, kelas menengah dan kelas asor (model SD Gentra Masekdas).

Hasil seleksi dapat dimanfaatkan untuk penempatan tempat duduk. Anak yang belum menguasai kemampuan dasar calisting disuruh duduk dibangku sebelah depan supaya mudah dibantu guru atau juga bisa anak yang belum menguasai kemampuan dasar calisting duduk sebangku dengan murid yang sudah menguasai sehingga dapat berperan sebagai tutor sebaya. Model penempatan dan penyaluran seperti ini dapat diterapkan dalam kelas – kelas selanjutnya termasuk dalam kelompok belajar tambahan.

2. Layanan Penempatan Dalam Kegiatan Ekstrakurikuler

SD bermutu biasanya memiliki banyak kegiatan ekstrakurikuler, sehingga siswa bingung dalam menentukan pilihannya. Guru SD diharapkan memiliki pemahaman tentang minat bakat siswa, sehingga dapat menempatkan siswa dalam ekstrakurikuler yang cocok.

3. Layanan Penempatan Dan Penyaluran Dalam Kelas Unggulan

Siswa pilihan untuk siswa kelas unggulan adalah siswa kelas IV, sebab siswa kelas IV dapat berpikir rasional. Cara mendapatkan siswa unggulan adalah dengan memilih siswa yang memenuhi persyaratan.

3. Keterpaduan Program Bimbingan Dalam KBM

Layanan bimbingan masih menjadi tugas terpadu dari guru kelas. Pelaksanaan bimbingan di SD tetap memerlukan dukungan manajerial yang memadai. Aspek – aspek yang perlu dipertimbangkan dalam upaya penyelenggaraan layanan bimbingan di SD antara lain :

a. Aspek Program

Program bimbingan biasa menyangkut bimbingan belajar, pribadi, dan sosial serta bimbingan karir. Isi bimbingan dari jenis bimbingan tersebut perlu dikembangkan secara relevan dengan konsep dan kebutuhan yang dihadapi siswa dalam perkembangannya.

b. Aspek Ketenagaan

Guru SD perlu memiliki pemahaman yang tepat dan ketrampilan yang memadai untuk melaksanakan layanan bimbingan, sebab guru SD dipandang sebagai personel yang paling mungkin melaksanakan layanan bimbingan.


 

c. Aspek Prosedur/ Teknik

Pengembangan iklim pembelajaran yang kondusif bagi pengembangan perilaku efektif baik yang menyangkut pengembangan perilaku belajar, pribadi dan sosial, serta perkembangan karier sebagai strategi yang efektif untuk digunakan di SD.

d. Daya Dukung Lingkungan

Guru bukanlah petugas yang dapat bekerja sendiri tanpa bantuan dan dukungan manajerial, sosial, maupun sarana fisik merupakan salah satu factor penting dari upaya peningkatan mutu pelaksanaan bimbingan di SD

4. Organisasi Dan Administrasi Bimbingan Di SD

a. Organisasi

Pemerintah memiliki rencana untuk mengangkat guru pembimbing sesuai dengan PP 38 tentang Tenaga Pendidikan, paling tidak untuk satu kecamatan seorang guru pembimbing. Beberapa sekolah swasta telah mengangkat guru pembimbing namun masih purna waktu.

b. Uraian Tugas Personil

1. Kepala sekolah

Sebagai penanggung jawab kegiatan pendidikan dan melakukan supervise terhadap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian kegiatan layanan bimbingan.

2. Guru kelas/ Guru pembimbing

  1. Merencanakan program bimbingan, termasuk rencana mengidentifikasi siswa bermasalah
  2. Melakukan koordinasi dengan kepala sekolah dan guru mata pelajaran
  3. Melaksanakan kegiatan layanan bimbingan dengan mengintregasikan pada mata pelajaran masing – masing
  4. Menilai proses dan hasil layanan bimbingan
  5. Menganalisa hasil penelitian layanan bimbingan
  6. Melaksanakan tindak lanjut/ alih tangan berdasarkan hasil penilaian
  7. Membantu siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler

3. Guru mata pelajaran

  1. Melaksanakan bimbingan melalui PBM sesuai dengan mata pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya.
  2. Berkonsultasi dengan guru kelas (guru pembimbing dalam hal masalah – masalah yang berkaitan dengan bimbingan).
  3. Bekerja sama dengan guru kelas/ guru pembimbing dalam hal pengembangan program bersama/ terpadu

c. Pengawasan

Fungsi pengawasan adalah memantau, menilai, memperbaiki, meningkatkan dan mengembangkan kegiatan layanan bimbingan di SD di tingkat nasional kepengawasan berada di Direktorat Pendidikan Dasar. Di tingkat wilayah kepengawasan berada di seksi Pendidikan Dasar. Di tingkat kecamatan kepengawasan berada di penilik TK/ SD.

d. Sarana dan Prasarana

Sarana yang diperlukan untuk menunjang layanan bimbingan adalah :

1. Alat pengumpul data

- Format - Angket

- Pedoman observasi - Catatan harian

- Pedoman wawancara - Kartu konsultasi

2. Alat penyimpan data

- Kartu pribadi

- Map

- Buku pribadi

3. Perlengkapan Teknis

- Buku pedoman/ petunjuk

- Buku informasi

- Paket bimbingan

4. Perlengkapan administrasi

- Blanko surat

- Agenda surat

- Alat – alat tulis

Prasarana penunjang layanan bimbingan adalah :

1.
Ruang bimbingan

2.
Dalam kondisi ideal ruang bimbingan terdiri dari ruang tamu, ruang konsultasi, ruang diskusi, ruang dokumentasi, dan sebagainya.

e. Anggaran biaya

Anggaran biaya diperlukan untuk menunjang kegiatan layanan bimbingan seperti biaya surat menyurat, transportasi, penataran, dan sebagainya.

f. Kerjasama

  1. Kerjasama dengan pihak di dalam sekolah

    Kerjasama antara guru kelas dan guru mata pelajaran lainnya serta tenaga administrasi pendidikan.

  2. Kerjasama dengan pihak di luar sekolah

Antara lain : ortu murid, BP3, organisasi profesi, puskesmas, psikolog, dan sebagainya.

Senin, 10 Januari 2011

Bahan pembelajaran/media sederhana

Bahan pembelajaran/media sederhana merupakan bahan pembelajaran yang dikembangkan dengan menggunakan teknologi yang sederhana/tidak kompleks.Bahan pembelajaran sederhana tergolong murah dan tidak rumit, sehingga pengadaannya dapat dikembangkan sendiri oleh guru ataupun bagi mereka yang berkepentingan akan penggunaan bahan pembelajaran. Walaupun begitu bahan pembelajaran sederhana tidak berarti lebih rendah kualitasnya dibandingkan dengan

bahan pembelajaran yang menggunakan teknologi canggih. Hal ini sangat bergantung pada bagaimana pemakaiannya dan juga pengembangannya.

Ada banyak sekali jenis bahan pembelajaran sederhana, contohnya :

  1. Bahan pembelajaran sederhana dua dimensi
    1. Papan Tulis (Boards)
      1. Chalkboard
      2. Papan Buletin (Buletin board)
      3. Papan Flannel (Flanned board)
      4. Papan Magnetik (Magnetik board)
      5. Papan Listrik (Electric board)
  2. Media Tiga Dimensi
    1. Specimen
      1. Akuarium, yakni tempat untuk memelihara makhluk air
      2. Terrariun, yakni kotak tempat memelihara binatang melata
      3. Kebun binatang
      4. Kebun percontohan
      5. Insektarium
      6. Herbarium
      7. Teksidermi, yakni kulit binatang kering yang dibentuk menyerupai
      8. binatang aslinya
    2. Model (tiruan)
    3. Mock-Ups
    4. Diorama
  3. Realita
  4. Ritatoon

Rotatoon

Pengembangan Bahan Pembelajaran 2

Bahan pembelajaran adalah "desain" suatu materi atau isi pelajaran yang diwujudkan dalam bentuk benda atau bahan yang dapat digunakan untuk belajar siswa dalam proses pembelajaran. Jadi bahan pembelajaran dapat berbentuk alat peraga, media pembelajaran, dan sumber belajar yang membantu guru dan siswa dalam pembelajaran, serta dalam bentuk bahan pembelajaran untuk belajar mandiri dalam pembelajaran jarak jauh.


 

Ada dua bentuk bahan pembelajaran yaitu:

  1. Bahan Pembelajaran yang "didesain" lengkap,

    artinya Bahan Pembelajaran yang memuat semua komponen pembelajaran secara utuh, meliputi: tujuan pembelajaran atau kompetensi yang akan dicapai, kegiatan belajar yang harus dilakukan siswa, materi pelajaran yang disusun secara sistematis, ilustrasi/media dan peraga pembelajaran, latihan dan tugas, evaluasi, dan umpan balik. Contoh kelompok bahan pembelajaran ini adalah, modul pembelajaran, audio pembelajaran, video pembelajaran, pembelajaran berbasis computer, pembelajaran berbasis Web/internet.

  2. Bahan Pembelajaran yang "didesain" tidak lengkap,

    artinya Bahan Pembelajaran yang didesain dalam bentuk komponen pembelajaran yang terbatas, seperti dalam bentuk sumber belajar, media pembelajaran atau alat peraga yang digunakan sebagai alat bantu ketika guru dan siswa melaksanakan kegiatan pembelajaran. Contoh kelompok bahan pembelajaran ini meliputi, pembelajaran dengan berbagai alat peraga, belajar dengan transparansi, belajar dengan buku teks, peta, globe, model kerangka manusia, dan sebagainya. Misalnya, guru akan mengajarkan materi tentang pulau-pulau besar di Indonesia, dengan menggunakan peta datar Indonesia. Peta dapat diklasifikasikan sebagai bentuk desain bahan pembelajaran yang berisi materi tentang kepulauan Indonesia.


 

Guru memiliki peranan penting dalam mengembangkan dan memilih bahan pembelajaran bagi para siswanya. Pertimbangan-pertimbangan yang perlu diperhatikan oleh guru adalah sebagai berikut.

  1. Apakah isi bahan pembelajaran yang dikembangkan/dipilih sesuai sasaran belajar? Jika tidak apakah ada bahan pengganti yang sederajat dengan program tersebut?
  2. Bagaimana tingkat kesukaran bahan pembelajaran bagi siswa? Jika bahan pembelajaran terlalu sukar bagi siswa, maka guru harus dapat mempermudahnya.
  3. Bagaimana tuntutan strategi pembelajaran pada bahan pembelajaran? Perlukah dilengkapi dengan strategi pembelajaran yang lain?
  4. Bagaimana cara evaluasi hasil belajar dalam bahan pembelajaran? Apakah sesuai materi dalam bahan pembelajaran atau tidak? Jika tidak sesuai, maka guru harus segera mengembangkan alat evaluasi yang sesuai.


 


 


 

Bahan pembelajaran memiliki perbedaan bila dibandingkan dengan buku teks.

Pertama, kalau buku teks bersifat umum dan hanya memuat isi atau materi tanpa kelengkapan lain, maka bahan pembelajaran bersifat khusus dan lengkap.

Kedua, penyusunan bahan pembelajaran harus mengikuti prinsip "developmentaly appropriate practice" yaitu pengembangan dengan menyesuaikan tingkat perkembangan.

Ketiga, dibandingkan dengan Buku Teks yang komponen utamanya hanya terfokus hanya pada penyajian materi pokok dari suatu teori/ilmu pengetahuan tertentu, tanpa mempertimbangkan bagaimana pembaca melaksanakan proses belajar yang efektif dan efisien, sedangkan bahan pembelajaran memiliki sifat lengkap.

Keempat, buku teks hanya memfokuskan pada kesatuan, sekop dan sekuen suatu teori/ilmu pengetahuan, tanpa mempertimbangkan apakah materi yang disajikan sesuai dengan kurikulum sekolah atau tidak, sesuai kebutuhan belajar siswa SD atau tidak. Sementara bahan pembelajaran lebih berorientasi pada silabus/kurikulum sekolah dan kebutuhan belajar siswa.

Kelima,
buku teks menggunakan bahasa istilah-istilah yang ilmiah, sementara bahan pembelajaran menggunakan bahasa dan istilah-istilah pemakainya. Bahan pembelajaran SD hendaknya menggunakan istilah-istilah yang dikuasai siswa SD.

Selain lima perbedaan tersebut di atas, secara lebih mendetail masih ada perbedaan antara buku teks dan bahan pembelajaran.

  1. Buku teks diperuntukkan untuk umum, sementara bahan pembelajaran diperuntukkan bagi siswa tingkat pendidikan tertentu (misalnya, Bahan Pembelajaran SD)
  2. Format sajian berbeda antara buku teks dengan bahan pembelajaran. Buku teks menggunakan format sekuensial teori, sedang bahan pembelajaran menggunakan format sekuensial kurikulum sekolah.
  3. Bahasa yang digunakan dalam buku teks lebih formal ilmiah, sedang dalam bahan pembelajaran menggunakan bahasa komunikatif, yaitu bahasa yang sesuai dengan audien pembelajaran. Misalnya, sapaan "anak-anak" akan lebih mengena untuk bahan pembelajaran SD.
  4. Buku teks tidak dilengkapi berbagai komponen pembelajaran, sedang bahan pembelajaran dilengkapi komponen pembelajaran yang lain. Misalnya, dilengkapi dengan petunjuk belajar, tujuan pembelajaran, kegiatan belajar/uraian materi, rangkuman, latihan-latihan, evaluasi, umpanbalik, kunci jawaban soal.
  5. Tujuan buku teks untuk dikuasainya materi teori dan ilmu pengetahuan, sedang tujuan bahan pembelajaran agar dikuasainya kompetensi suatu mata pelajaran.
  6. Buku teks tidak banyak diperlukan ilustrasi yang mendetail, tetapi untuk bahan pembelajaran sangat diperlukan ilustrasi yang mendetail.
  7. Buku teks tidak memerlukan latihan, tugas, dan tes formatif, sedang dalam bahan pembelajaran komponen tersebut sangat diperlukan.
  8. Buku teks disusun dengan ber bab-bab, sedang bahan pembelajaran disusun untuk kompetensi mata pelajaran yang sangat terbatas.


 

Pembelajaran di SD harus menyesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa SD, alasannya adalah:

Pertama, tingkat perkembangan kemampuan berpikir siswa SD baru pada taraf operasional konkrit. Artinya pada periode ini siswa akan lebih mudah belajar bila menggunakan bahan-bahan pembelajaran yang konkrit, dan pada tingkat perkembangan ini menghendaki agar pembelajaran di sekolah dasar menyajikan materi pelajaran dengan menggunakan benda-benda nyata. Dalam pembelajaran, untuk memahami konsep yang abstrak, harus dibantu dengan alat peraga/media pembelajaran yang mudah diterima siswa SD, misalnya, dengan benda-benda penggantinya, seperti gambar-gambar visual, sketsa, diagram, dan sebagainya.

Kedua, perkembangan proses berpikir siswa SD adalah tingkat perkembangan proses berpikir mekanistis. Untuk mencapai kemampuan berpikir logis anak harus melalui proses berpikir mekanistis terlebih dahulu, yaitu anak berpikir dengan cara mengingat dan menghafal menuju cara berpikir logis/pemahaman. Oleh sebab itu bahan pembelajaran di SD harus lebih menyajikan bahan sajian yang mudah dipelajari oleh siswa SD. Misalnya untuk siswa SD tingkat rendah (kelas satu, dua, dan tiga) perlu ditampilkan alat peraga dalam bentuk benda-benda konkrit yang mudah dihafal. Untuk kelas tinggi (kelas empat, lima dan enam) dapat menggunakan bahan pembelajaran yang mampu mengembangkan kemampuan berpikir logis, seperti media cetak sederhana, LKS, media grafis sederhana, dan sebagainya.

Ketiga, siswa SD pada usia bermain. Artinya bahwa siswa sekolah dasar lebih tertarik kepada hal-hal yang bersifat permainan, dan sesuatu yang menyenangkan. Implikasi dari tingkat perkembangan ini adalah, bahan pembelajaran yang dipersiapkan bagi siswa SD harus dapat menarik perhatian siswa, bersifat permainan, dan menampilkan program belajar yang memungkinkan siswa belajar dalam suasana bermain.


 

Berdasarkan alasan-alasan di atas, maka bahan pembelajaran SD hendaknya memiliki karakteristik bahan pembelajaran sebagaimana bahan pembelajaran pada umumnya tapi memperhatikan karakteristik siswa SD seperti berikut ini.


 

Pertama, bahan pembelajaran SD hendaknya memiliki karakteristik dapat membelajarkan sendiri para siswa (self instructional), artinya bahan pembelajaran SD mempunyai kemampuan menjelaskan yang sejelas-jelasnya semua bahan yang termuat di dalamnya dan diperlukan bagi pembelajaran siswa SD. Hal-hal yang perlu ada dalam bahan pembelajaran SD dalam format lengkap adalah:

  1. tujuan pembelajaran (baik tujuan umum dan khusus)
  2. prasyarat yaitu materi pendukung dan perlu dikaji lebih dahulu sebelum mengkaji bahan baru,
  3. prosedur pembelajaran yaitu langkah yang harus ditempuh siswa dalam mempelajari bahan pembelajaran,
  4. materi yang tersusun secara sistematis dan lengkap,
  5. latihan atau tugas-tugas,
  6. soal-soal evaluasi beserta kunci jawaban, dan
  7. tindak lanjut yang harus dilakukan siswa.

Kedua, bahan pembelajaran bersifat lengkap, sehingga memungkinkan siswa tidak perlu lagi mencari sumber bahan lain. Hal ini dimaksudkan agar tidak mempersulit siswa dalam belajar, meskipun pada sisi lain dapat mematikan kreativitas siswa. Dengan sifat lengkap bahan pembelajaran juga dapat mengatasi kekurangan buku pelajaran di SD.

Ketiga, bahan pembelajaran bersifat fleksibel, dapat digunakan baik untuk belajar klasikal, kelompok dan mandiri. Bagi pembelajaran klasikal, bahan pembelajaran memungkinkan terjadinya keseragaman persepsi siswa satu kelas terhadap materi yang dipelajari, dan memungkinkan terjadinya interaksi antara siswa satu kelas, sehingga terbentuklah sifat kebersamaan. Bagi pembelajaran kelompok, bahan pembelajaran memungkinkan siswa untuk bekerja sama secara intensif, sehingga terbentuklah sifat gotong royong diantara siswa. Bahan pembelajaran dapat mengembangkan sifat demokratis, di mana siswa menghargai hak dan kewajiban dari masing-masing anggota kelompok. Bahan pembelajaran mandiri dapat memberikan kesempatan kepada setiap siswa SD mempelajari bahan pembelajaran sesuai kecepatan dan irama belajar masing-masing siswa, tanpa harus mengganggu/terganggu oleh siswa lain. Bahan pembelajaran mandiri ini juga mampu mengembangkan sifat aktif dan kreatif siswa SD, apalagi bila bahan pembelajaran didesain dengan memasukkan latihan dan tugas mandiri siswa untuk aktif dan kreatif. Misalnya, Lembar Kerja Siswa (LKS) atau handout yang didesain tidak lengkap dan harus dilengkapi sendiri oleh siswa.

Keempat, desain bahan pembelajaran SD dibuat dalam format yang sederhana tidak terlalu kompleks dan detail, yang penting bahan pembelajaran SD mampu merangsang perkembangan seluruh potensi dasar siswa SD. Misalnya, mengembangkan potensi berbahasa, berimajinasi, berpikir kritis, aktif dan kreatif, dan potensi-potensi lain yang mendasari penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk tingkat pendidikan selanjutnya.

Kelima, tampilan bahan pembelajaran SD harus menarik perhatian siswa, misalnya dengan desain sampul bergambar, berwarna-warni, dihiasi gambar-gambar yang disenangi anak-anak SD (gambar binatang kesayangan, dan sebagainya). Buatlah isi bahan pembelajaran yang menarik, misalnya dengan gambar berseri/berwarna, cerita berseri (cetak/audio/audio-visual), komik berwarna dan berseri, ilustrasi-ilustrasi yang menarik.


 

Secara umum bahan pembelajaran dalam bentuk media mempunyai kegunaan sebagai berikut:

  1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak bersifat verbalistis (dalam bentuk katakata, baik tulis maupun lisan).
  2. Membuat pembelajaran menjadi lebih menarik, karena menyajikan berbagai stimulasi dalam pembelajaran (semua indera terstimulasi secara optimal)
  3. Mengatasi ruang dan waktu dan daya indera. Karena objek yang terlalu besar dapat dikecilkan, yang terlalu kecil dapat diperbesar, gerak yang terlalu cepat dapat diperlambat dan yang terlalu lambat dapat dipercepat. Kejadian di masa lampau bisa ditampilkan lagi, objek yang terlalu kompleks dapat disederhanakan, yang terlalu luas dapat dipersempit, dan sebagainya.
  4. Mengaktifkan siswa dalam belajar. Belajar lebih bergairah, terjadi interaksi antar siswa dan interaksi siswa dengan lingkungan serta memungkinkan siswa belajar secara mandiri.
  5. Menyeragamkan pemahaman/persepsi siswa terhadap materi yang dipelajari menggunakan media.


 

Menurut para ahli media, bahan pembelajaran dalam bentuk media pembelajaran diklasifikasikan dalam beberapa bentuk.

  1. Media grafis, yaitu media yang menyajikan desain materi dalam bentuk simbolsimbol komunikasi visual. Media ini bersifat sederhana, mudah pembuatannya dan relatif murah. Yang termasuk media grafis antara lain: gambar/foto, sketsa, diagram, bagan/chart, grafik, kartun, poster, peta dan globe, papan flannel, papan bulletin.
  2. Media audio, yaitu media yang menyajikan desain materi dalam bentuk lambang – lambang auditif. Media audio ini terdiri dari: media radio, media rekaman, laboratorium bahasa,
  3. Media Proyeksi diam, yaitu media yang menyajikan desain pesan/materi layaknya media grafis, tetapi penyajiannya dengan teknik diproyeksikan dengan peralatan yang disebut proyektor. Media proyeksi diam, terdiri dari: film bingkai (slide), film rangkai (film strip), media transparansi (Overhead Projector/Transparancy).
  4. Media Proyeksi gerak, yaitu media yang menyajikan desain pesan/materi dalam bentuk objek yang bergerak. Media Proyeksi gerak digunakan melalui proses perekaman dan menggunakan alat perekan gerak (seperti kamera video), atau menyajikan gerakan-gerakan yang ditampilkan langsung oleh pemeran. Yang termasuk media ini, terdiri dari: film, televisi, computer (animasi), dan permainan simulasi.
  5. Media cetak, yaitu media yang menyajikan desain pesan/materi (verbal tulis dan gambar) dalam bentuk cetak. Yang termasuk media cetak adalah buku, modul, suratkabar, majalah, LKS dsb
  6. Media nyata, yaitu media dalam bentuk benda aslinya, baik dalam bentuk keseluruhan/utuh, maupun dalam bentuk bagian/contoh bagian dari benda tertentu. Yang termasuk media nyata ini, seperti obyek, specimen, mock up, herbarium, insektarium dsb.


 

  1. Format Media Sederhana

    Kelebihan alat peraga sederhana diantaranya:

    a. Mudah diperoleh di lingkungan sekolah

    b. Lebih realistis sehingga mudah dipahami

c. Relatif murah, sehingga mampu dikembangkan oleh sekolah

  1. Format Media Grafis
  2. Format Bahan Pembelajaran Cetak

    Kelebihan bahan pembelajaran cetak antara lain:

    1. dapat untuk pembelajaran mandiri,
    2. dapat melengkapi kegiatan pembelajaran dengan berbagai sumber bahan cetak,
    3. bahan cetak lebih ekonomis, bila memuat banyak gambar, chart, peta, diagram atau gambar lain, dibanding dengan menyiapkan slide, film strip atau film
  3. Format Bahan Pembelajaran Audio

Secara garis besar kelebihan media audio khususnya program kaset audio adalah:

  1. dapat mengembangkan daya imajinasi siswa
  2. dapat merangsang partisipasi aktif siswa dalam belajar
  3. dapat mengerjakan dan menyampaikan materi yang tidak dapat disampaikan guru
  4. khusus radio dapat mengatasi keterbatasan ruang dan waktu karena daya jangkaunya luas
  5. khusus media rekaman dapat diputar berulang, dan dapat dihapus dan diisi ulang
  6. khusus laboratorium bahasa dapat digunakan belajar dan melatih siswa untuk mendengar dan bicara dalam bahasa asing
  1. Format Bahan Pembelajaran Video

Kelebihan media video pembelajaran adalah:

  1. dapat menarik perhatian untuk periode yang singkat
  2. menyajikan informasi dari para ahli/spesialis
  3. informasi dapat dipersiapkan secara matang melalui proses produksi
  4. rekaman dapat diputar berulang-ulang
  5. bisa menyajikan materi/objek secara dekat dan bergerak meskipun objek adalah sesuatu yang berbahaya bagi siswa

peyajian dapat diatur, misalnya suara bisa dibesar atau dikecilkan, tayangan bisa dihentikan dan dilanjutkan sesuai kebutuhan, dst.

Pengembangan Bahan Pembelajaran 1

Belajar adalah suatu aktivitas yang disengaja dilakukan oleh individu agar terjadi perubahan kemampuan diri, dengan belajar anak yang tadinya tidak mampu melakukan sesuatu, menjadi mampu melakukan sesuatu itu, atau anak yang tadinya tidak terampil menjadi terampil.

Menurut Gagne (1984), bahwa belajar adalah suatu proses di mana suatu organisma berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Dari pengertian tersebut terdapat tiga unsur pokok dalam belajar, yaitu:

  • Proses

Belajar adalah proses mental dan emosional atau proses berpikir dan merasakan. Seorang dikatakan belajar apabila pikiran dan perasaanya aktif. Aktivitas pikiran dan perasaan itu sendiri tidak dapat diamati orang lain, akan tetapi dirasakan oleh yang bersangkutan sendiri. Guru tidak dapat melihat aktivitas pikiran dan perasaan siswa. Guru melihat dari kegiatan siswa sebagai akibat adanya aktivitas pikiran dan perasaan siswa.

  • Perubahan perilaku

Hasil belajar akan nampak pada perubahan perilaku individu yang belajar. Seseorang yang belajar akan mengalami perubahan perilaku sebagai akibat kegiatan belajarnya. Pengetahuan dan keterampilanya bertambah, dan penguasaan nilai-nilai dan sikapnya bertambah pula.

  • Pengalaman

Belajar adalah mengalami, dalam arti bahwa belajar terjadi karena individu berinteraksi dengan lingkungannya, baik lingkungan pisik maupun lingkungan social. Lingkungan pisik adalah lingkungan di sekitar individu baik dalam bentuk alam sekitar (natural) maupun dalam bentuk hasil ciptaan manusia (cultural).

Belajar dapat dilakukan melalui pengalaman langsung maupun pengalaman tidak langsung. Siswa yang melakukan eksperimen adalah contoh belajar dengan pengalaman langsung. Sedang siswa belajar dengan mendengarkan penjelasan guru atau membaca buku adalah contoh belajaran melalui pengalaman tidak langsung.

Prinsip – prinsip belajar :

  1. Prinsip Motivasi

    Motivasi berkaitan erat dengan tujuan belajar, artinya apabila siswa menyadari bahwa tujuan belajar yang akan dicapai merupakan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya, dan belajar merupakan kebutuhan pokok yang harus dilakukan , sehingga siswa akan terdorong untuk melaksanakan dengan sungguh-sungguh dalam belajar.

  2. Prinsip Perhatian

    Perhatian erat kaitannya dengan motivasi, bahkan tidak dapat dipisahkan. Karena motivasi akan menentukan perhatian individu yang belajar dengan berusaha memfokuskan/memusatkan perhatian pada objek yang dipelajari. Makin terpusat perhatian pada objek yang dipelajari, maka akan semakin baik proses dan hasil belajarnya.

  3. Prinsip Aktivitas

    Belajar adalah suatu aktivitas, tetapi tidak semua aktivitas adalah belajar. Sudah diuraikan di depan bahwa aktivitas yang disebut belajar adalah aktivitas mental dan emosional dalam upaya terbentuknya perubahan perilaku yang lebih maju, dari tidak paham menjadi paham, dari tdak terampil manjadi terampil, dan dari tidak sopan menjadi sopan, dan sebagainya.

  4. Prinsip Umpanbalik

    umpan balik dapat menjadi barometer baik tidaknya/berhasil tidaknya program pembelajaran yang telah dilaksanakan.

  5. Prinsip Perbedaan Individual

    Belajar merupakan pekerjaan individu yang tidak dapat diwakilkan kepada orang lain. Tanpa aktivitas belajar yang dilakukan sendiri, maka sesorang tidak akan memperoleh kemampuan yang diharapkan. Jadi belajar sebagai proses mental dan emosional merupakan aktivitas individual.

Pembelajaran adalah suatu upaya yang dilakukan oleh seseorang (guru atau yang lain) untuk membelajarkan siswa yang belajar.

Menurut Mudhofir (1987; 30) pada garis besarnya ada empat pola pembelajaran.

Pertama, pola pembelajaran guru dengan siswa tanpa menggunakan alat bantu/bahan pembelajaran dalam bentuk alat peraga. Pola pembelajaran ini sangat tergantung pada kemampuan guru dalam mengingat bahan pembelajaran dan menyampaikan bahan tersebut secara lisan kepada siswa.

Kedua, pola (guru + alat bantu) dengan siswa. Pada Pola pembelajaran ini guru sudah dibantu oleh berbagai bahan pembelajaran yang disebut alat peraga pembelajaran dalam menjelaskan dan meragakan suatu pesan yang bersifat abstrak.

Ketiga pola (guru) + (media) dengan siswa. Pola pembelajaran ini sudah mempertimbangkan keterbatasan guru, yang tidak mungkin menjadi satu-satunya sumber belajar. Guru dapat memanfaatkan berbagai media pembelajaran sebagai sumber belajar yang dapat menggantikan guru dalam pembelajaran. Jadi pola ini pola pembelajaran bergantian antara guru dan media dalam berinteraksi dengan siswa. Konsekuensi pola pembelajaran ini adalah harus disiapkan bahan pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran.

Keempat, pola media dengan siswa atau pola pembelajaran jarak jauh menggunakan media atau bahan pembelajaran yang disiapkan.


 

Menurut Adams & Dickey (dalam Oemar Hamalik, 2005: 123-126), peran guru sesungguhnya sangat luas, meliputi:

  1. Guru sebagai pengajar (teacher as instructor)
  2. Guru sebagai pembimbing (teacher as counselor)
  3. Guru sebagai ilmuwan (teacher as scientist)
  4. Guru sebagai pribadi (teacher as person)

Rangkuman Sub Unit 1 :

Belajar merupakan kebutuhan setiap individu dalam upaya mengembangkan potensi kemanusiaannya. Belajar sebagai usaha sadar yang dilakukan individu untuk merubah diri menjadi lebih maju melalui pengalaman. Dan belajar merupakan proses mental emosional yang terjadi pada diri individu dalam berinteraksi dengan ligkungannya (pengalaman). Ada tiga unsur penting dalam kegiatan belajar, yaitu: Prinsip motivasi, prinsip perhatian, prinsip aktivitas, prinsip umpan balik, dan prinsip perbedaan individu.

Pembelajaran sebagai upaya terjadinya aktivitas belajar, hendakya dipersiapkan secara matang, dengan memperhatikan kelengkapan komponen pendukung pembelajaran yang membelajarkan. Dalam kaitannya dengan aktivitas belajar sebagai proses mental dan emosional siswa dalam mencapai kemajuan, maka guru hendaknya berperan dalam memfasilitasi agar terjadi proses mental emosional siswa sehingga dapat dicapai kemajuan tersebut. Guru harus berperan sebagai motor penggerak terjadinya aktivitas belajar dengan caramemotivasi siswa, memfasilitasi belajar, mengorganisasi kelas, mengembangkan bahan pembelajaran, menilai program-proses-hasil pembelajaran, memonitor aktivitas siswa, dsb.


 

Menurut Oemar Hamalik (2005; 77) ada tujuh komponen dalam pembelajaran di mana satu dengan yang lain saling terintegrasi, yaitu:

  1. Tujuan pendidikan dan pengajaran

    Secara hirarkhi tujuan pembelajaran dijabarkan dari tujuan pendidikan yang lebih umum ke tujuan yang lebih khusus.

  • Tujuan Pendidikan Nasional
  • Tujuan Institusional
  • Tujuan Kurikuler
  • Tujuan Instruksional (Pembelajaran) Umum
  • Tujuan Instruksional (Pembelajaran) Khusus
  1. Peserta didik atau siswa

    Aspek penting dari komponen siswa yang harus diperhatikan dalam pembelajaran adalah karakteristiknya. Siswa adalah individu yang unik dan memiliki sifat individu yang berbeda antara siswa satu dengan yang lain. Dalam satu kelas tidak ada siswa yang memiliki karakteristik sama persis, baik kecerdasan, emosi, kebiasaan belajar, kecepatan belajar, dan sebagainya.

  2. Tenaga pendidikan khususnya guru

    Guru merupakan komponen pembelajaran yang berperan sebagai pelaksana dan penggerak kegiatan pembelajaran. Agar kegiatan pembelajaran berlangsung dan berhasil dengan sukses, maka guru harus merancang pembelajaran secara baik, dalam arti dengan mempertimbangkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, karakteristik siswa, guru merumuskan tujuan, menetapkan materi, memilih metode dan media, dan evaluasi pembelajaan yang tepat dalam rancangan pembelajarannya.

  3. Perencanaan pengajaran sebagai segmen kurikulum

    Materi pelajaran merupakan komponen isi pesan dalam kurikulum yang harus disampaikan kepada siswa. Komponen ini memiliki bentuk pesan yang beragam, ada yang berbentuk fakta, konsep, prinsip/kaidah, prosedur, problema, dan sebagainya. Komponen ini berperan sebagai isi atau materi yang harus dikuasai siswa dalam proses pembelajaran. Skop dan sekuen materi pelajaran telah tersusun secara sistematis dalam struktur organisasi kurikulum sekolah.

  4. Strategi pembelajaran

    Metode pembelajaran adalah komponen cara pembelajaran yang harus dilakukan oleh guru dalam menyampaikan pesan/materi pembelajaran agar mencapai tujuan pembelajaran. Berbagai metode pembelajaran dapat digunakan oleh guru, baik metode ceramah, tanya-jawab, diskusi, demonstrasi, eksperimen, pemberian tugas, inkuiry, problem solving, kerja kelompok, karyawisata, resitasi dsb. Metode pembelajaran berperan sebagai cara dan prosedur dari kegiatan pembelajaran. Setiap metode mengajar selalu memberikan langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang harus dilakukan oleh guru.

  5. Media pengajaran

    Dalam aktivitas pembelajaran tatap muka, kehadiran guru merupakan syarat mutlak yang tidak dapat diabaikan, karena guru merupakan komponen penting dalam aktivitas pembelajaran. Guru memiliki banyak peran dalam pembelajaran tatap muka, termasuk diantaranya guru sebagai informatory harus berusaha menginformasikan materi/pesan pembelajaran secara jelas dan mudah diterima oleh siswa. Ini berarti guru harus menyiapkan bahan pembelajaran seperti alat peraga dan media pembelajaran yang dapat membantunya dalam menyajikan pesan pembelajaran dengan media (alat perantara penyampaian pesan) ini pembelajaran menjadi efektif dan efisien.


     

    Beberapa fungsi dari media pembelajaran dalam proses komunikasi pembelajaran diantaranya sebagai berikut:

    1. Berperan sebagai komponen yang membantu mempermudah/memperjelas materi
    2. atau pesan pembelajaran dalam proses pembelajaran.
    3. Membuat pembelajaran menjadi lebih menarik
    4. Membuat pembelajaran lebih realistis/objektif
    5. Menjangkau sasaran yang luas
    6. Mengatasi keterbatasan jarak dan waktu, karena dapat meampilkan pesan yang
    7. berada di luar ruang kelas dan dapat menampilkan informasi yang terjadi pada
    8. masa lalu, mungkin juga masa yang akan datang.
    9. Mangatasi informasi yang bersifat membahayakan, gerakan rumit, objek yang
    10. sangat besar dan sangat kecil, semua dapat disajikan menggunakan media yang
    11. telah dimodifikasi
    12. Menghilangkan verbalisme yang hanya bersifat kata-kata.


     

    Menurut Edgar Dale dalam Kerucut Pengalaman (the cone of experience)nya mengklasifikasikan media pembelajaran dalam beberapa macam, dari yang paling konkrit sampai yang paling abstrak sebagai berikut.


     

    1. Media pembelajaran dalam bentuk pengalaman langsung
    2. Media pembelajaran dalam bentuk pengalaman tiruan atau model
    3. Media pembelajaran dalam bentuk pengalaman yang didramatisasikan
    4. Media pembelajaran dalam bentuk pengalaman yang didemonstrasikan
    5. Media pembelajaran dalam bentuk karyawisata
    6. Media pembelajaran melalui pameran
    7. Media pembelajaran audio-visual
    8. Media pembelajaran audio saja atau visual saja
    9. Media pembelajaran dalam bentuk lambang visual
    10. 10 Media pembelajaran dalam bentuk lambang verbal


     

  6. Evaluasi pengajaran

    Evaluasi pembelajaran merupakan komponen yang berperan untuk menetapkan keberhasilan dan kegagalan aktivitas pembelajaran. Ada tiga bentuk evaluasi dalam pembelajaran.

    Pertama, evaluasi program pembelajaran yaitu evaluasi yang dilakukan untuk mengetahui seberapa kualitas program pembelajaran yang telah dirancang dan dilaksanakan.

    Kedua, evaluasi proses pembelajaran yaitu, evaluasi yang dirancang untuk

    mengamati proses pembelajaran sedang berlangsung.

    Ketiga, evaluasi hasil belajar, yaitu evaluasi yang dirancang untuk mengetahui hasil pembelajaran dalam bentuk hasil/prestasi belajar siswa.

Rangkuman Sub Unit 2 :

Pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri atas beberapa komponen yang saling berhubungan satu sama lain. Komponen pembelajaran meliputi komponen tujuan pembelajaran, siswa, guru, materi pelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran. Komponen tujuan pembelajaran sebagai arah pencapaian aktivitas pembelajaran, komponen siswa sebagai individu yang belajar, komponen guru sebagai penggerak terjadinya proses pembelajaran, komponen materi pelajaran sebagai isi/materi yang disajikan dalam proses pembelajaran yang akan dipelajari, komponen metode merupakan cara dan prosedur yang harus dilakukan dalam pembelajaran, komponen media pembelajaran merupakan faktor penjelas dan perantara dalam komunikasi pembelajaran, dan komponen evaluasi adalah faktor yang digunakan untuk mengetahui keberhasilan/kegagalan kegiatan pembelajaran. Komponen bahan pembelajaran yang didesain dengan komponen lengkap dipersiapkan untuk belajar mandiri, sedangkan bahan pembelajaran yang didesain dengan komponen tidak lengkap lebih berperan sebagai alat bantu pembelajaran untuk melengkapi/perantara kegiatan pembelajaran/komunikasi.

Rangkuman Sub Unit 3 :

Bahan pembelajaran terdiri atas berbagai format, yang masing-masing mempunyai peran yang berbeda. Bahan pembelajaran dalam bentuk alat peraga, berperan sebagai alat bantu pembelajaran untuk meragakan suatu arti atau pengertian. Alat peraga berfungsi membantu guru dalam proses pembelajaran. Bahan pembelajaran dalam bentuk media pembelajaran berperan sebagai alat perantara dalam proses komunikasi pembelajaran antara guru dan siswa. Media berfungsi mempermudah penyampaian pesan pembelajaran, sehingga pembelajaran lebih efektif dan efisien.

Bahan pembelajaran dalam bentuk sumber belajar memiliki makna bahwa bahan pembelajaran yang telah didesain dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar bagi siswa dan guru dalam melaksanakan aktivitas belajar dalam pembelajaran, sehingga pembelanjaran menjadi tidak kekurangan sumber belajar. Sebaliknya segala sumber belajar dapat juga dikategorikan sebagai bahan pembelajaran, karena di dalamnya termuat materi pembelajaran yang telah terdesain dengan sistematis. Sumber belajar diklasifikasikan dalam sumber belajar yang dirancang (by design) dan dimanfaatkan (by utilization) baik sumber belajar dalam bentuk manusia (human) maupun bukan manusia (non human).

A. Alat Peraga

Kata "Alat peraga" diperolah dari dua kata alat dan peraga. Kata utamanya adalah peraga yang artinya bertugas "meragakan" atau membuat bentuk "raga" atau bentuk "pisik" dari suatu arti/pengertian yang dijelaskan. Bentuk pisik itu dapat berbentuk benda nyatanya atau benda tiruan dalam bentuk model atau dalam bentuk gambar visual/ audio visual.

Alat peraga dapat dimasukkan sebagai bahan pembelajaran apabila alat peraga tersebut merupakan desain materi pelajaran yang diperuntukkan sebagai bahan pembelajaran.

B. Media Pembelajaran

Kata "Media" berasal dari kata "Medium" yang berarti perantara atau pengantar dalam menyampaikan pesan komunikasi. Jadi media pembelajaran adalah segala bentuk perantara atau pengantar penyampaian pesan dalam proses komunikasi pembelajaran.

Jadi perbedaan antara alat peraga dan media terletak pada fungsi suatu benda. Benda yang sama bisa berperan secara berbeda karena difungsikan berbeda oleh guru dalam pembelajaran. Televisi misalnya dapat sebagai alat peraga, yaitu bila digunakan guru untuk meragakan alat komunikasi yang disebut televisi. Tapi televise juga dapat digunakan sebagai media, yaitu apabila televisi tersebut untuk mengantarkan /menyampaikan banyak pesan pendidikan.

C. Sumber Belajar

Sumber belajar adalah semua hal yang digunakan sebagai tempat dimana informasi/pesan/materi belajar dapat diperoleh. Sumber belajar dapat diperoleh dari segala benda yang berada di sekitar siswa yang belajar. Sumber belajar dapat berupa manusia (human resources) dan benda lain yang bukan bukan manusia (unhuman resources). Adapun cara mendapatkan sumber belajar, dapat melalui sumber belajar yang dirancang (by design) dan juga dengan sumber belajar yang tinggal dimanfaatkan (by utilization).

Hubungan Alat Peraga, Media, dan Sumber Belajar

Sebuah modul pembelajaran atau bahan pembelajaran cetak telah disusun dengan desain yang bagus untuk belajar mandiri. Anda tahu kan bahwa Modul termasuk media cetak? Tetapi karena di dalam uraian materi dilengkapi dengan ilustrasi visual dengan gambar, foto dan grafik, maka modul juga menyajikan alat peraga visual sebagai alat bantu menjelaskan materi. Selain itu pada modul tersebut disajikan juga sumber acuan dari mana bahan yang digunakan sebagai sumber materi itu. Pada modul tersebut juga ada tugas/latihan yang menganjurkan pada siswa untuk mengamati kejadian di sekitar sebagai tugas mencari sumber belajar di luar modul.

Rangkuman Sub Unit 4 :

Alat peraga adalah semua benda yang difungsikan untuk meragakan suatu arti atau pengertian tentang benda tersebut. Meragakan adalah kegiatan memfisikan /memvisualisasikan suatu pengertian agar tidak terjadi verbalisme. Media pembelajaran adalah segala hal (alat, benda, metode, prosedur) yang difungsikan sebagai perantara penyampaian pesan dalam proses komunikasi pembelajaran. Perantara adalah pengantar pesan dari sumber pesan (guru) kepada penerima pesan (siswa) dalam kegiatan pembelajaran. Sumber belajar adalah segala hal (termasuk alat peraga dan media pembelajaran) yang difungsikan sebagai tempat di mana materi pelajaran diperoleh untuk belajar. Sumber belajar dapat berbentuk manusia (human resources) dan non manusia (unhuman resources).Sumber belajar dapat dirancang (by design) dan dapat tinggal dimanfaatkan (by utilization) Bahan pembelajaran adalah semua desain materi pelajaran yang dapat dikaji, dipelajari, ditelaah dalam kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan dan kompetensi tertentu Jadi dapat ditetapkan bahwa semua bentuk alat peraga, media pembelajaran dan sumber belajar dapat dipadukan dan dimanfaatkan dalam bentuk bahan pembelajaran yang utuh. Sebaliknya bahan pembelajaran juga dapat digunakan dan difungsikan sebagai alat peraga, media pembelajaran dan sumber belajar.